Tren SIMRS 2025 menandai perubahan besar dalam cara rumah sakit di Indonesia mengelola layanan kesehatan. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit kini tidak lagi sekadar alat administrasi, tetapi menjadi fondasi utama operasional, integrasi BPJS, dan digitalisasi layanan pasien.
Transformasi digital di sektor kesehatan Indonesia sudah lewat fase coba-coba. Tahun 2025 menjadi titik penting di mana Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) tidak lagi dipandang sebagai pelengkap, tetapi fondasi operasional rumah sakit. Tekanan regulasi, tuntutan efisiensi, integrasi BPJS Kesehatan, serta ekspektasi pasien memaksa rumah sakit beradaptasi cepat.
Artikel ini membahas tren SIMRS terkini yang sedang dan akan mendominasi industri kesehatan Indonesia.

1. SIMRS Berbasis Cloud Jadi Standar Baru
Tren paling jelas adalah pergeseran dari SIMRS on-premise ke SIMRS berbasis cloud.
Alasannya sederhana:
- Rumah sakit ingin biaya awal lebih rendah
- Tidak mau ribet urus server fisik
- Butuh sistem yang mudah di-scale
- Akses data real-time dari banyak unit
Cloud memungkinkan manajemen rumah sakit memantau operasional dari mana saja, tanpa ketergantungan perangkat lokal. Vendor SIMRS yang masih memaksa model server lama mulai tertinggal.
Kesimpulan tren: Cloud bukan fitur tambahan, tapi syarat wajib.
2. Integrasi BPJS Kesehatan & JKN Semakin Ketat
SIMRS yang tidak terintegrasi penuh dengan:
- V-Claim
- INA-CBGs
- Antrean Online
- SATUSEHAT
- E-Klaim
akan menjadi beban, bukan solusi.
Rumah sakit sekarang mencari SIMRS yang:
- Meminimalkan klaim pending
- Mengurangi retur BPJS
- Otomatisasi coding INA-CBGs
- Sinkron dengan data nasional
Trennya jelas: SIMRS harus BPJS-ready secara native, bukan modul tempelan.
3. Integrasi SATUSEHAT Jadi Faktor Penentu Vendor
Sejak SATUSEHAT menjadi kebijakan nasional, SIMRS yang tidak siap integrasi API resmi mulai ditinggalkan.
Tren SIMRS saat ini:
- Mapping data pasien otomatis
- Sinkronisasi rekam medis elektronik (RME)
- Validasi NIK real-time ke Dukcapil
- Standarisasi terminologi medis (FHIR)
Vendor yang lambat menyesuaikan diri akan kalah bersaing, karena rumah sakit tidak mau kena sanksi regulasi.
4. SIMRS Modular & Customizable Lebih Diminati
Rumah sakit kecil, klinik, dan RS swasta tidak mau sistem terlalu gemuk.
Tren baru:
- SIMRS modular (bayar sesuai kebutuhan)
- Implementasi bertahap
- Custom workflow sesuai tipe rumah sakit
- UI/UX yang ramah tenaga medis
Dokter dan perawat benci sistem ribet. SIMRS dengan tampilan rumit dan alur panjang pelan-pelan ditinggalkan.
5. Fokus pada User Experience (UX) Tenaga Medis
Ini tren yang sering diremehkan vendor lama.
Masalah klasik:
- Dokter malas input data
- Perawat terhambat oleh sistem
- Administrasi lambat karena UI buruk
SIMRS modern mulai fokus pada:
- Input cepat
- Minim klik
- Mobile-friendly
- Dashboard berbasis peran (role-based)
SIMRS yang menyulitkan tenaga medis = gagal, sekuat apa pun fiturnya.
6. Pemanfaatan Data & Analytics Operasional
SIMRS bukan lagi sekadar alat pencatatan, tapi mesin pengambil keputusan.
Tren analitik SIMRS:
- BOR (Bed Occupancy Rate) real-time
- Analisis klaim BPJS
- Monitoring LOS (Length of Stay)
- Prediksi beban layanan
Manajemen rumah sakit ingin data, bukan asumsi. SIMRS yang menyediakan dashboard analitik punya nilai jual jauh lebih tinggi.
7. Keamanan Data & Kepatuhan Regulasi Jadi Isu Utama
Serangan siber ke sektor kesehatan meningkat. Rumah sakit mulai sadar bahwa data pasien adalah aset sensitif.
Tren keamanan SIMRS:
- Enkripsi end-to-end
- Audit log aktivitas user
- Role-based access control
- Backup otomatis & disaster recovery
SIMRS yang abai soal keamanan berisiko hukum dan reputasi.
8. Integrasi dengan Aplikasi Pendukung & IoT Medis
SIMRS tidak lagi berdiri sendiri.
Tren integrasi:
- LIS (Laboratory Information System)
- RIS & PACS (Radiologi)
- Aplikasi antrian pasien
- Alat medis berbasis IoT
Rumah sakit menginginkan ekosistem digital, bukan software terpisah-pisah.
9. Vendor SIMRS Lokal Lebih Dipilih
Menariknya, tren 2025 menunjukkan vendor lokal lebih dipercaya dibanding solusi luar negeri.
Alasannya:
- Paham regulasi Indonesia
- Cepat adaptasi kebijakan Kemenkes
- Support lebih responsif
- Harga lebih rasional
Vendor asing yang tidak menyesuaikan diri dengan sistem BPJS dan SATUSEHAT sulit bertahan.
10. SIMRS sebagai Investasi Strategis, Bukan Beban Biaya
Perubahan mindset rumah sakit:
- SIMRS bukan sekadar kewajiban akreditasi
- Tapi alat efisiensi & kontrol biaya
- Mendukung pelayanan berbasis mutu
Rumah sakit yang serius akan memilih SIMRS yang scalable untuk 5–10 tahun ke depan, bukan solusi instan.
Penutup: Rumah Sakit yang Lambat Beradaptasi Akan Tertinggal
Tren SIMRS 2025 menunjukkan satu hal: setengah digital itu gagal. Rumah sakit harus memilih antara:
- Berinvestasi serius pada SIMRS modern
- Atau tertinggal oleh kompetitor yang lebih adaptif
Bagi vendor, pesanannya jelas: SIMRS harus relevan dengan regulasi, nyaman digunakan, dan siap berkembang. Yang cuma jual fitur tanpa memahami operasional rumah sakit, cepat atau lambat akan tersingkir.

